Oleh: Dr. Trubus Raharjo, S.Psi M.Si., Psikolog
Imitasi adalah proses peniruan tingkah laku seorang model, Sehingga disebut juga proses modeling. Ini dapat diaplikasikan pada semua jenis perilaku yang memiliki kecenderungan yang kuat untuk berimitasi. Proses ini tidak dilakukan terhadap semua orang tetapi terhadap figur-figur tertentu seperti orang-orang terkenal, orang yang memiliki kekuasaan, orang yang sukses, atau orang yang sering ditemui. Figur yang biasanya menjadi model tersebut adalah orang tua itu sendiri.
Imitasi berarti proses meniru, dalam proses imitasi ini seseorang bertindak sebagai stimulus atau sebagai kunci tingkah laku bagi orang lain. Anak mengamati stimulus itu dan berupaya melakukan tingkah laku atau respon yang sama jenisnya dan menirunya secara persis. Jadi langkah pertama yang dilakukan oleh si peniru adalah meniru model melalui panca indera yang dia butuhkan untuk diamati dan dipelajari pola polanya.
Setelah anak rnengamati pola pola perilaku dari model melalui panca indera, maka dengan kemampuan persepsi, anak mengolah informasi dari model yang dilihatnya, sehingga membentuk aksi berupa gerakan motorik yaitu tingkah laku yang diimitasi. Di dalam imitasi ada proses belajar meniru atau menjadikan model tindakan orang lain melalui pengamatan terhadap orang tersebut. Belajar adalah suatu aktivitas yang berproses, karenanya di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap, begitu pula pada imitasi.
Ada beberapa faktor sehingga seseorang mengadakan perilaku imitasi, sebagai berikut:
a. Faktor psikologis
Untuk mengadakan imitasi atau meniru ada faktor psikologi lain yang berperan salah satunya adalah aspek kognitif. Yaitu bagaimana manusia memikirkan sesuatu dan melakukan interpretasi terhadap berbagai pengalaman yang diperoleh. Di samping itu aspek ini juga menjelaskan bahwa perilaku yang baru dan kompleks dapat diciptakan dengan observasi atau melihat suatu model yang dilihatnya secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga seseorang melakukan suatu imitiasi tersebut.
b. Lingkungan Keluarga
Lingkungan Keluarga Imitasi sudah berlangsung sejak individu masih kecil dan dimulai dari lingkungan keluarga. Bagi anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang paling berpengaruh, setelah itu sekolah, baru kemudian masyarakat. Keluarga adalah lingkungan terkecil yang dibangun oleh orang tua bersama anggota keluarga lainnya. Pembentukan sifat atau karakter anak berhubungan dengan sosialisasi atau suatu proses penanaman nilai dan aturan dari orang tua kepada anak.
c. Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya
Tidak hanya lingkungan keluarga saja, namun interaksi sosial atau teman sebaya juga sangat berpengaruh dalam imitasi anak. Interaksi dengan teman sebaya dalam proses interaksi memiliki peranan penting, terutama pada imitasi dalam aspek perilaku keagamaan.
Maka pada saat anak tidak diberikan pilihan mengimitasi orng tuanya dengan perilaku agamanya maka anak akan mengimitasi apa yang dilihat dari teman sebayanya. Peran orang tua sangat penting baik ayah maupun bundanya, bahwa anak-anak akan mengimitasi perilaku baik dari ayah sebagai figur anak dari perilaku tegas dan disiplin dan ibu akan diimitasi dari sisi perilaku kebijaksanaan, tenang dan sabar..meskipun masing masing juga bisa memberikan sikap yang saling melengkapi bagi anak yang akan mengimitasi perilaku orang tua